Hujan Tigapuluh Oktober

Aku tidak lagi melihat hujan sebagai hujan.
Kau mengerti yang kumaksud, bukan?

Aku melihat hujan seperti seorang kurir
Yang menyampaikan pesan dari dalam hati
Untukmu, yang dulu sempat mengisi hari.

Aku tidak lagi melihat petir sebagai petir.
Kau mengerti apa maksudnya kali ini?

Aku melihat petir bagai isyarat rasa sakit
Gambaran hati yang menahan rasa pedih
Ditinggalkanmu, yang dulu selalu hadir.

Lalu, apa kau tau mengapa saat ini hujan disertai petir?

Mereka menyampaikan apa yang aku rasakan
Saat kau pergi, tepat diperingatan satu bulan.

Hujan mewakili perasaan rinduku
Yang kerap malu untuk mengaku
Bahwa aku masih inginkan dirimu.

Petir menggambarkan suasana hatiku
Yang saat ini sedang hancur lebur
Dan tak mempan bila dihibur.

Lalu, apa kesimpulan dari hujan hari ini?

Hujan hari ini menyampaikan,
bahwa perasaan rinduku akan tumpah apabila ia sudah tertekan
dan akan berjatuhan tanpa tau arah.

Lalu, apa kesimpulan dari petir yang kerap datang?

Petir yang datang menyampaikan,\
bahwa hati yang hancur tak bisa berlagak jagoan
sekeras apapun ia berusaha menunjukkan.

–— Hujan Tigapuluh Oktober

15:59
Penikmat Hujan di Kota Hujan.

Comments

Popular posts from this blog

Tidak Bisakah Aku?

Tanpa Judul, Hanya Mengumpat