Posts

Showing posts from February, 2018

Merindu Bogor

Merindu Bogor Bogor dahulu Tak pernah munafik atau cemburu Terlihat tulus bagai embun Yang rela sirna diantara rimbun Bogor dahulu Terasa hangat bagai pelukan ibu Terasa sejuk bagai air pereda haus Namun tetap gagah dan tangguh Bogor dahulu Izinkan aku mengadu Aku rindu caramu menjamu tamu Dengan alunan jangkrik pengantar tidur Bogor dahulu Tidakkah kau mengamuk Pada mereka yang semakin angkuh Melawanmu layaknya musuh Bogor yang tangguh Tatkala hujan sedang turun Apakah itu isi hatimu Yang tidak tahan melawan para angkuh Bogor yang gagah Tatkala terlihat petir membelah Apakah kau menunjukkan amarah Pada mereka pembuat masalah Diantara semilir angin Ramai orang mengucap ingin Untuk sekedar menghibur diri Daripada memaksa kembali Merindu Bogor tak seharusnya dilakukan Di bawah remangnya lampu jalan Di antara lebatnya tetes hujan Di waktu malam tiada bintang Bogor dahulu tak harus dirindukan Biar saja ...

Tidak Bisakah Aku?

Ketakutanku untuk membuka pintu masih menguasai pikiranku. Bagaimana sebuah bayangan  adegan perpisahan atau aku ditinggalkan yang entah mengapa terus menerus muncul saat aku baru saja hendak meraih gagang pintu. Sejujurnya, aku tak ingin jatuh dan terluka sendirian lagi dan lagi. Sudah terlalu banyak luka yang selalu aku obati sendiri dan entah mengapa tak ada satupun luka yang terasa membaik biarpun hanya sedikit. Semuanya masih terasa seakan luka itu baru saja muncul kemarin atau bahkan baru saja terjadi beberapa saat yang lalu. Hingga tak jarang saat aku sudah tak tahu harus mengobatinya dengan cara yang seperti apa lagi, aku mengobati luka yang telah bersarang dengan luka lain yang terasa lebih sakit, supaya aku dapat melupakan seperti apa rasanya luka yang telah lama itu. Tidak bisakah aku merasakan bahagia itu walaupun hanya untuk sesaat saja? Setidaknya, sampai satu dari sekian banyak luka yang ku punya menjadi hilang tanpa bekas. Tidak bisakah aku melihat orang lain ...